Lalu dia pergi...
Keegoisan membawanya terbang. Dia bebas sekarang. Tak perlu
lagi menipu diri sendiri.
Katanya,
"Km gak pengen liat matahari esok sangat indah. Dan km senyum dalam setiap jalanmu?"
"Kalo mau liat matahari indah esok. bisa kamu coba lakukan esok."
"Aku mau. aku akan melakukannya besok. Aku pengen lihat matahari esok sangat indah, dan aku senyum dalam setiap jalanku"
Katanya,
"Km gak pengen liat matahari esok sangat indah. Dan km senyum dalam setiap jalanmu?"
"Kalo mau liat matahari indah esok. bisa kamu coba lakukan esok."
"Aku mau. aku akan melakukannya besok. Aku pengen lihat matahari esok sangat indah, dan aku senyum dalam setiap jalanku"
#1
Ry, sajaknya mampu mencuri hati seorang perempuan yang
sedang kebingungan. Pertama-tama perempuan itu hanya mengagumi karyanya. Tak pernah
terpikirkan bagi Ry dan perempuan itu bahwa mereka akan bertemu lagi dalam
suasana yang hangat. Di suatu malam yang tak terlalu dingin, perempuan itu
hilang. Menenggelamkan hasratnya untuk mencumbui sajak-sajak Ry. Padahal, jika
ingin, saat itu Ry berada tepat di sampingnya sebagai seseorang yang juga
merasa hilang.
Perempuan itu tampak risau. Dilihatnya bintang-bintang di
langit dari tempat meraka duduk. Mereka seakan benar-benar dua manusia yang
hilang—atau sengaja menghilang dari keadaan. Bukan melarikan diri, hanya
hilang. Kira-kira seperti itulah mereka saat itu. Perempuan itu berada di
samping kanan Ry. Ry tak keberatan. Sesekali Ry merebahkan punggungnya, mungkin
lelah akibat duduk terlalu lama. Dengan hikmat, perempuan itu mengikutinya. Berharap
merasakan apa yang dirasakan oleh Ry, agar ia mampu memahami apa yang
sebenarnya terjadi. Sesekali mata mereka bertemu. Ry tampak masih segan memaknai
tatapan semacam itu. Perempuan itu makin tenggelam bersama aroma dini hari.
Matahari meninggi, Ry merasa sudah cukup lama mereka berada
di sana. Sehabis dua bungkus rokok, mereka memutuskan untuk pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar