Hampir pukul empat sore, tepatnya pukul 15.56. Tak ada kopi,
juga coklat panas. Hanya beberapa batang rokok yang sebentar lagi juga akan
lenyap. Pintu rumah terbuka seperti biasa. Asri barisan pohon cemara yang
menjadi pagar. Aroma tanah yang basah berkat rombongan air hujan.
“Rintiknya indah, aku
suka”, gumamku sambil menatap takjub dari jendela
Langkah sepasang kaki dengan hentakan yang kadang memelan
terdengar mendekat. Tak lagi terkejut, mendarat sebuah pelukan dari arah
punggungku.
“Damai”, ucapku
padanya
Sepertinya ia hanya tersenyum. Aku masih memandangi hujan.
Hari ini tak ada playlist
70’an. Hari ini aku hanya ingin mendengar irama hujan, satu paket dengan
dingin-nya. Maksudku segar.
“Aku ingin bermain
lumpur”
Dia terus mengelus tubuhku, bermaksud menghangatkan aku yang
memang hanya mengenakan kaos sleeveless
bersablon Kate Winslet hasil diy-ku.
Ukurannya cukup besar di tubuhku, menutupi sampai sebagian paha.
“Aku tidak suka dinding”
Kurasa, kali ini ia mulai memperhatikan perkataanku. Aku masih
tak menengok padanya, namun kurasakan nafasnya hangat menghadapku.
“Aku tidak akan
menutup pintunya”
Ia melepas arloji dari tangan kirinya. Menaruhnya di meja
kecil penuh bingkai foto, tepat disamping aku berdiri. Suara hujan tak lagi sendiri.
Kurasakan udara dingin menyelinap di punggungku.
“Aku ingin...”
Lalu, berdirilah ia tepat di depanku. Mengisi ruang antara
aku dan jendela