Selasa, 27 Oktober 2015

Kemarin

Terngiang secangkir cerita di musim yang lalu
Membumbung setinggi-tinggi nya meninggalkan tanah
Lalu,
Terhempas...
Terjungkal pada sedalam-dalamnya perut bumi

Parafrase dari sajak sederhana
Berputar-putar pada lingkaran tanpa awal
Menyambut dalam pagi yang berakhir dengan senja yang sama
Meski secercah cahaya padanya, tetap senja menelannya di ujung laut sepanjang mata memandang 

Angin pada malam September
Merajalela menjamah malam pada setiap sudutnya

Senja pada Pulau Pelarian,
Bersambung pada sebuah sudut
Bertumpuk-tumpuk kaset pita tertata apik menyandarnya
Jauh,
Tepat di Selatan Jakarta

Kini,
Apalagi?
Sisa-sisa daya yang tak memiliki arti
Jera...
Sekedar saja bersandar
Sayup-sayup kunikmati kebosanan
Berdansa tanpa nada kata
Tanpa aksara
Hanya hampa,
Kini...

Sabtu, 17 Oktober 2015

Kardus, kini

Merakit untaian rindu yang tak bertuan
Riwayatmu angin senja Pulau Pelarian
Berhembus mesra ke Selatan Jakarta
Syahdu seketika hati berbunga

Dibalik kardus
Raga lain yang rajin menyapa
Raga yang tak sedang menjaga hati raga lainnya
Raga yang pandai membuat tawa pada raut yang kadang kaku
Sisa rindu berbalas pilu

Jumat, 09 Oktober 2015

Sebelum pagi

Hayatmu tak kan lama
Ragamu sudah lelah
Apa kabar hatimu?
Aku tak yakin masih merona

Pulang
Istirahatlah...
Kelak kau akan kehausan di padang rindu jika kau berjalan terlampau jauh

Ringkih kian menjadi
Mencaci pagi
Merobek hari
Membinasakan mimpi

Sediakala saat raut merah
Manja dalam pelukan
Hingga sepi enggan datang
Sisa kini cerita saja

Cukup

Minggu, 04 Oktober 2015

Kebisuan yang merdu

Pada pagi di sebuah kota
Menari dalam selimut surya
Mendamba kasih nan jauh disana
Molek nian tiada tersapa jua

Jenuh tak berujung pasti
Jauh asa tak terbeli
Memangku rasa yang hakiki
Dalam jiwa yang sendiri

Bisu ini merdu
Ke-diam-an ini soal aku
Intuisi yang tak memiliki isyarat
Jiwa terkapar dalam riuh suasana

Lihat, dengar, rasakan...
Belenggu ini perlahan memudar
Seiring keyakinan pada pandita
Ah,
Rasakan saja...
Sekali lagi,
Semuanya hanya isyarat
Menunggumu mencari arti
Hingga aku dan kamu bersua di beranda yang sama,
Suatu hari nanti,
Ya, nanti...

Kamis, 01 Oktober 2015

Dini Hari

Sendu...
Menahan rindu dalam kebisuan
Enggan bercengkrama via udara
Sepotong kenangan yang mencair
Tentang sebuah sudut di selatan Jakarta

Suasana pasar dini hari
Cakue-pun terbeli untuk camilan
Tak lupa tuk icipinya
Indah...
Oh maksudku, enak...

Bukankah kita berteduh pada langit yang sama?
Namun resah oleh rindu yang berbeda
Sesekali, terbingkai raut mu yang ramah
Seketika itu pula dadaku sesak

Bukan apa
Hanya soal ruang yang tidak dekat
Dan soal waktu yang belum lama
Lainnya, soal hatimu
Ikatan batas yang begitu kerdil tak serta merta menciutkan nyali untuk menyapamu
Meraba dalam warna
Memeluk dalam doa
Lupakan soal Pulau Pelarian

Ini hanya terlalu pagi,
Atau malam yang terlalu larut
Lalu aku merindu
Untuk sebuah kisah yang jauh
Untuk seorang teman dari Pulau Pelarian

Riuh MImpi

Riuh dalam gersang yang abadi

September sudah selesai, namun hujan tak kunjung turun. Masih dalam suasana yang sama. Masih dalam awan yang sama, dan masih dalam rindu yang sama. Seperti bulan yang tampak pada langit malam penghabisan 30S 2015, seperti itu pula kira-kira rinduku, bulat dan utuh, sejadi-jadinya. Mimpi seakan dekat dengan kenyataan. Kali ini segudang ambisi seakan tak lagi bertirai. Semuanya jelas di depan mata. Hanya saja, mana yang lebih dekat denganku?

Dengan pensil, kuas, dan cat, bisa kugambar segalanya,

Dengan kamera, bisa kuabadikan kenangan,

Dengan alat musik seadanya, bisa kulantunkan syair,

Dengan asa, bisa kulakukan semuanya, semuanya…

Lalu yang mana aku?

Yang menggambar atau digambar?

Yang mengabadikan atau diabadikan?

Yang dilantunkan, atau justru aku yang melantunkan?

Ada resah yang kemudian berbisik. Bagaimana aku bisa mengejar semua yang menyenangkan bagiku dalam waktu yang bersamaan? Tentu tidak seketika. Ini hanya pengalihan. Aku pikir, satu pelukan saja cukup untuk membunuh semua mimpi dan ambisiku.

Mencari siapa aku..

Komunikasi

Sketsa

Design

Musik

Fashion

Fotografi

Sinematografi


Terlalu banyak hal yang hanya sebanding dengan satu obyek. Satu satu nya. Semua itu seakan seharga dengan satu pelukan saja. Satu saja.
Bagaimana sebuah kepuasan terbingkai dari rasa ingin selalu senang. Tentang mencari seperti apa seharusnya bertindak. Tak kira bisa kulambungkan lagi ambisiku yang sempat padam pada sebuah September di musim yang lalu. Tak kira angin segar sangat dekat menghantam wajahku. Membangunkanku dari mati suri. Aku kembali…

Untukmu, dimensi mimpiku…