Rabu, 23 September 2015

Long Distance Dating Relationship



       
Pemilihan dan Kepuasan Penggunaan Media Komunikasi Bagi Mahasiswa yang Menjalani Hubungan Jarak Jauh
(Long Distance Dating Relationship/ LDDR)

Hubungan jarak jauh atau Long Distance Dating Relationship (LDR) telah merubah kebiasaan suatu pasangan dalam menjalani sebuah hubungan dan berkomunikasi dari yang biasanya. LDR memicu pasangan mengalami beberapa hambatan dalam melakukan proses komunikasi ditambah lagi dengan intensitas bertemu menjadi jarang, dan kesulitan untuk memantau satu sama lain secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh Guldner (1996) bahwa hubungan jarak jauh dapat menjadi pedang bermata dua karena di satu sisi akan membuat pasangan merasa stress dan di sisi lain dapat membuat pasangan merasa kesepian.
LDR biasanya terjadi karena banyak faktor, diantaranya tuntutan pendidikan, pekerjaan, yang mengharuskan salah seorang dari pasangan untuk menetap di wilayah yang berbeda misalnya ke luar kota bahkan ke luar negeri. Beberapa peneliti telah meneliti mengenai tantangan, dan perlunya menjaga hubungan jarak jauh ( Merolla, 2010 & Stafford, 2005 dalam Dansie, 2012) menjelaskan bahwa tantangan yang melekat dalam hubungan semacam ini meliputi terbatasnya frekuesni tatap muka dengan pasangan dan lebih sedikit kesempatan untuk memberikan dukungan fisik dan kasih sayang.
Kali ini kami akan berfokus membahas fenomena LDR dikalangan mahasiswa dengan menggunakan tradisi sosiopsikologi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan alasan setiap individu manusia berperilaku yang seperti mereka perbuat, hal ini disebabkan karena banyak didapati mahasiswa yang sedang menjalani hubungan jarak jauh karena masing-masing individu harus menuntut ilmu di kota atau bahkan di negara yang berbeda. Aylor (2003 dalam Dansie, 2012) menjelaskan bahwa diperkirakan sebanyak sepertiga dari mahasiswa berkenalan dengan seseorang yang jaraknya jauh. Sedangkan 75% dari mereka akhirnya menjalani hubungan pacaran jarak jauh (Dellmann-Jenkins, Bernard-Paolucci, & Bergegas, 1994 dalam Dansie, 2012).  Tentunya ini akan merubah kebiasaan berpacaran dan berkomunikasi dari yang dijalani pasangan yang tidak menjalani LDR. Untuk menggantinya pasangan ini menggunakan media perantara yang dapat menghubungkan komunikasi mereka.
Orang-orang yang berbeda dalam kondisi sosial dan psikologis mereka, yang dapat mempengaruhi bagaimana dan mengapa mereka menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka (Katz, Blumler, & Gurevitch, 1974 dalam jurnal Pornsakulvanich, 2005). Dari masalah yang muncul karena adanya jarak fisik diantara pasangan, mereka mencoba menyelesaikannya dengan penggunaan media yang dianggap dapat memuaskan kebutuhan.
Teori Uses and Gratification yang beberapa tahun terakhir digunakan dalam konteks new media merupakan teori yang digunakan untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong seorang individu dalam memilih dan menggunakan serta menganalisis kepuasan yang diperoleh setelah menggunakan new media tersebut. Kaye dan Johnson, dalam Basilisco dan Jin (2015) menjelaskan bahwa Individu sebagai pengguna aktif dapat terlibat langsung dalam melaksanakan komunikasi walaupun tidak secara langsung melainkan melalui media internet.
 Dengan teknologi yang berubah lebih cepat LDR terdapat kemajuan yang awalnya hanya dengan surat tulisan tangan dan panggilan telepon sekarang komunikasi dapat dilakukan dengan internet yang telah menciptakan hal baru yang dinamis di tengah komunikasi jarak jauh seperti contohnya penggunaan Computer-Mediated Communication (CMC) yang terhubung dengan internet. CMC telah datang untuk merujuk pada berbagai teknologi yang memfasilitasi kedua komunikasi manusia dan berbagi interaktif informasi melalui jaringan internet, termasuk e-mail, kelompok diskusi, newsgroup, dan chatting (Barnes, 2003, dalam Pornsakulvanich, 2005), sehingga media tersebut menjadi salah satu dukungan positif untuk menjalin komunikasi dengan pasangan. Tetapi di sisi lain penggunaan email ataupun media yang hanya menggunakan teks untuk berkomunikasi akan menunjukan hubungan yang negatif dalam memenuhi kupuasan dalam berkomunikasi dengan pasangan.hubungan jarak jauh (Yin, 2009).
Sebagai situs jaringan sosial terbesar dan paling terkenal di seluruh dunia, Facebook adalah sarana populer untuk interaksi sosial online. Dalam hal kasus LDR, Facebook telah diakui sebagai pedang bermata dua yang diberikan kenyamanan menjaga hubungan romantis sekaligus memiliki kelemahan karena menciptakan kecemburuan dalam sebuah hubungan (Fox, Warber, & Markstaller, 2013).
Pasangan LDR mempunyai kendala tidak bisa berkomunikasi tatap muka secara langsung seperti pasangan yang berjarak dekat. Pengungkapan diri sangat diperlukan untuk memberi keterbukaan pada pasangan agar pasangan dapat saling percaya. Pengungkapan diri (self disclosure) tidak sama dengan keintiman. Keintiman mencerminkan hubungan pribadi di kognitif, emosional, psikologis, dan perilaku, tapi pengungkapan diri adalah salah satu sarana untuk mencapai keintiman (Petronio, 2002, h.5). Komitmen dan kepercayaan merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh pasangan hubungan romatis jarak jauh. Ketika individu yang menjalani hubungan romantis jarak jauh menampilkan status hubungan di Facebook, suatu kesempatan deklarasi agar  mendapatkan rasa kepastian dan kontrol hubungan jarak jauh mereka.
Facebook adalah platform multitasking dengan banyak fitur yang nyaman untuk komunikasi. Pada halaman Home, pengguna dapat memperbarui status dan menambahkan foto atau video. Pengguna dapat memperbaui status tentang emosi dan pengalaman kehidupan yang sedang dialami. Pengguna dapat melihat, komentar, seperti, atau berbagi semua update terbaru dari teman-teman mereka, apakah itu status, foto, video, link, atau perubahan pada profil. Ada juga fitur dimana pengguna dapat melakukan chatting dan message. Dengan demikian, ada berbagai cara meningkatkan self disclosure untuk pasangan jarak jauh di Facebook, termasuk menampilkan status hubungan, posting foto yang diambil dengan pasangan, dan posting status untuk menyampaikan emosi kepada pasangan.
Dengan lebih dari 800 juta pengguna aktif, menurut situs web mereka, Facebook dengan cepat menjadi sumber dominan komunikasi, seperti yang telah diungkapkan dalam Kirk (2013). Akan tetapi perlahan situs ini ditinggalkan oleh penggunanya karena respon yang didapatkan bersifat tidak langsung dan itu membuat beberapa pengguna merasa tidak nyaman menggunakan mediaa sosial facebook sebagai sarana berkomunikasi hubungan jarak jauh (Zhonk, 2014).
Oleh karena itu, kami mengamati jenis sosial media baru yaitu Line. Sebagai sosial media yang lebih baru dibandingkan Facebook, Line juga menghadirkan fitur yang lebih kekinian dan merupakan fitur yang diunggulkan dari jenis produk sosial media ini yaitu adanya fitur tatap muka (video call), bicara langsung yang dapat dilakukan tanpa pulsa (free call) dapat dilakuakan dimanapun dan kapanpun, selama berada dalam koneksi internet. Selain fitur-fitur yang sudah lebih dahulu dimiliki oleh sosial media lainnya yaitu fitur personal chatting dimana kita dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan lawan bicara kita, group chat,  time-line yaitu fitur yang hampir mirip dengan yang dimiliki oleh Facebook yaitu kita dapat mem-posting status yang juga dapat digunakan sebagai tempat untuk  self disclosure, mengunggah video, foto, dan lain sebagainya. yang menjadi favorit pengguna media ini yaitu terdapat sticker untuk mengungkapkan atau menggambarkan perasaan sesorang, yang lebih menarik lagi Line menghadirkan tokoh dan juga artis terkenal pada fitur sticker ini yang dapat diunduh secara gratis. Jadi, secara garis besar aplikasi Line ini mencakup dari semua fitur-fitur yang dimiliki sosial media yang lain seperti Facebook, Skype dengan video call dan personal chat seperti pada bbm namun Line ditambah dengan stiker yang menarik.

Penggunaan media komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berbasis internet dapat membantu sebuah pasangan untuk memenuhi kebutuhan sehingga dapat memberikan kepuasan komunikasi dalam sehari-hari, karena penggunaan media tersebut dapat memberi keleluasaan dalam berkomunikasi karena sifatnya yang lebih personal dan intens hanya dengan pasangan, serta hemat biaya. Dengan semakin kayanya media komunikasi yang dapat dilakukan dengan beberapa channel seperti e-mail, instan messaging (line, whatsapp, bmm, dll), panggilan telepon, pesan singkat atau SMS, video chat, dan social networking website dapat mempermudah komunikasi pasangan LDR dan memberikan kepuasan hubungan, kepercayaan diantara pasangan, memperkuat komitmen yang telah dibangun, dan menurunkan rasa cemburu (Neustaedler & Greenberg, 2011)
Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa beberapa individu yang mengalami LDR melaporkan kepuasan yang lebih tinggi dengan hubungan dan komunikasi mereka daripada dengan pasangan yang jaraknya dekat semenjak adanya sosial media yang menyedikan fitur yang lengkap (Kirk, 2013).
Dari beberapa referensi yang digunakan dapat ditarik kesimpulan bahwa orang-orang yang berbeda dalam kondisi sosial dan psikologis mereka, yang dapat mempengaruhi bagaimana dan mengapa mereka menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan. Setelah membandingkan antara facebook dengan Line dapat disimpulkan bahwa dulu individu dalam berinteraksi melalui sosial media tidak cukup hanya melalui pesan teks saja tetapi mereka juga memerlukan fitur yang dapat menunjang komunikasi secara tatap muka. Individu masih membutuhkan sosial media yang memberi fasilitas untuk dirinya melakukan self disclosure akan tetapi harus ditunjang dengan fasilitas yang lebih privat dan tidak banyak orang yang mengetahui. Dengan fitur sosial media yang lengkap mampu memunuhi kepuasan pelaku LDR dalam menjalin komunikasi dengan pasangannya. Pengguna sosial media lebih menyukai sosial media dengan fitur yang lengkap dan dapat digunakan secara gratis.



Daftar Pustaka :
Fox, J., Werber, K. M., Makstaller D. C. (2013). The Role of Facebook in Romantic Relationship Development : An Exploration of Knapp’s Relational State Model. Journal of Social and Personal Relationship, 30 (6), 771-794. Doi : 10.1177/0265407512468370.
Petronio, S. (2002). Boundaries of Privacy : Dialectics of Disclosure. Albani : State University Of New York Press
Sahlstein, E. M. (2004). Relating at A Distance : Negotiating Being Together and Being Apart in Long Distance Relationship. Journal of Social and personal Relationship, 21 (5), 689-710.
 Yin, L. (2009). Communication Channels, Social Support, and Satisfaction in Long Distance Romantic Relationship. (Thesis Magister Komunikasi, Georgia State University, 2009)
Lingzi, Z. (2014). Facebook Disclosure Impact on Relational Satisfaction and Maintenance : A Comparative Analysis Between Long Distance Romantic Relationship and Gheographically Close Relationship. 18 (2), 43-49
Kirk, A. (2013). The Effect of Newer Communication Technologies on Relationship Maintenance on Satisfaction in Long Distance Dating Relationship. Pepperdine of Communication Research Issue 1, 1-6
Pew Research Center’s internet project survey, August 7 - Sepetember 16, 2013. PEW RESEARCH CENTER. Http://pewinternet.org/report/2014/couples-and-the-intenet.aspx
Neustaedler, C. Greenberg, S. (2011). Intimacy in Long Distance Relationship Over Video Chat. Research Report Departmnet Computer Science.
Dansie, L. (2012). long-distance dating relationships among college students the benefits and drawbacks of using technology. (A Thesis presented to the Faculty of the Graduate School University of Missouri, 2012)

Sabtu, 12 September 2015

Riwayat angin Pulau Pelarian

Pada setiap jeda yang diciptakan oleh ruang dan waktu
Pada sebuah harapan yang meruncing pada asa
Pada sehelai rindu yang melilit di jiwa yang kosong
Jauh…
Sangat jauh

Rintik hujan pertama di  bulan September. Seperti biasa, masih dalam suasana rindu. Berselimutkan harap yang seakan tiada jemu menyertai. Tubuh tiba-tiba membiru seiring suasana yang makin larut. Malam memang selalu menjanjikan banyak cerita. Akan selalu banyak cinta diantara langit mendung sekalipun.

Sore ini cintaku kembali bersemi. Rinduku pada seorang yang jauh disana, seakan kulupakan sejenak karenanya. Dia, September-ku yang lalu. Dia, angin malamku yang lalu, telah kembali. Namun guratan sakit pada dadaku masih tak mereda sedikitpun. Pelipisku kerap sakit jika mengingat bagaimana ia berhembus, hingga kembali lagi pada sore ini. Sementara, kulupakan Senja. Kulupakan kisah di Pulau Pelarian.

Tak berlangsung lama. Romantika ini tak akan pernah nyata. Aku dan kamu tidak akan lagi menjadi kita. Hanya cerita yang mampu memberi kita posisi, sebagai pelaku utama atau sebagai figuran, ketiga. Berapa banyak lagi hati yang harus kujaga? Lupakan saja bahwa jiwa yang kosong sekalipun memiliki hati untuk juga duijaga. Hatiku…

Seberapapun rindu ini mekar, seketika itu pula ia padam. Mengapa? Karena rindu ini tak akan pernah sampai pada raga yang tepat. Pulau Pelarian nyatanya masih menyisakan banyak rindu yang tak terselesaikan. Aku lelah jika harus selalu menerka hati manusia lain, sementara aku juga harus menjaga hati manusia lainnya yang menyimpan hati manusia yang kurindukan.
Jauh…

Selasa, 08 September 2015

angin segar, angin senja Pulau Pelarian



Sekali lagi,
Jatuh cinta dan patah hati,
dua hal yang sering di-lebih-lebihkan…

Untukmu, September…
Jika pada September lalu aku mengagumi angin dari diriku sebagai malam, tak jauh berbeda, kali ini malam masih dengan sepinya. Hanya saja rupanya malam sudah mulai terbiasa dengan angin… ya, angin~
Kali ini petang…
Kali ini sunset
Entah angin atau semacamnya
Kali ini angin senja. 
Diantara siang dan malam yang sesungguhnya.

Semua berawal dari Pulau Pelarian.

Terhuyung ragaku menuju tepian ombak laut selatan
Menyaksikan merahnya matahari ketika itu.
Masih dengan sepi yang kian meruncing.
Andai kau tahu, aku bosan dengan kehampaan ini.

Aku masih tetap menunggu.

Seperti September yang sudah-sudah.
Angin malam kali ini benar-benar sudah berlalu..
Membawa segubuk cerita yang kuharap bisa kulengkapi dengan pondasi yang kuat berupa kesabaran,
Memboyong segala harap…
Membunuh seluruh mimpi…

Kejam!

Angin…
Dialah teman bagi malam, sebelumnya…
Malam lupa bahwa masih ada bulan, bintang, dan ombak yang senantiasa menemaninya dalam sendu tanpa cahaya.
yang ia rasa, hanya kerlip lampu kota yang meramaikan langit malam, selebihnya malam seakan tak mampu merasakan apa yang ada di sekitarnya.

Bukan sekedar pertemuan,
Bukan pula sekedar berjabat tangan dalam kesepian.
Lebih dari itu,
aku menyukaimu!

Benarkah?

Tentu tidak!
Aku jelas hanya bercanda.
Tapi sungguh, aku benar-benar ingin memelukmu ketika kita terdampar di Pulau  Pelarian.
Bertatap muka dalam tawa. 
Seandainya bisa kukatakan betapa bahagianya aku ketika itu.

Lalu angin, menjanjikan pertemuan di Pulau Pelarian. Namun tak pernah bisa aku menemuainya. Aku tak pernah bisa merasakannya lagi. Bahkan ketika aku berada di Pulau Pelarian untuk beberapa hari, aku masih tidak yakin akan ada pertemuan antara aku dan angin.

Sedikit menghibur, aku menemukan angin segar di petang hari. Diantara karang yang timbul akibat laut yang surut pada bulan itu. Kukira ini bagus bagiku. Aku bisa merasakannya. 
Angin… 
bukan lagi angin malam. 
Angin senja… angin senja yang tak pernah terduga.

Aku enggan menyebutnya dalam kiasan lain.
Setahuku, semua yang datang akan pergi, 
cepat atau lambat...
Bagiku,  satu satunya yang pasti dalam hidup ini adalah ketidak-pastian itu sendiri…

Aku masih ingin merindukanmu, angin senja…
Aku masih ingin menemuimu lagi,
Aku ingin menyapamu lagi, lagi, lagi, lagi, lagi,
Dan lagi…

Bosan!
Kisah ini akan selalu berjalan sama. 
Aku-pun muak harus menjadi diam,
kenapa bukan aku yang menjadi angin?
kenapa bukan aku yang meninggalkan?
kenapa bukan aku yang menggugurkan daun?
kenapa bukan aku yang meliukkan dahan yang lemah?
kenapa???

Tak ingin larut dalam pilu-ku yang tak lagi bisa menikmati angin malam.
Aku harus bahagia, 

Seketika kurasakan ragaku utuh. Tak lagi ada sisa-sisa kesedihan yang mengakar dalam diri.
Yaa, aku jatuh cinta, lagi…
Terlalu cepat bagi hati yang baru saja patah. 
Memang... 
Terlalu cepat pula pada pertemuan yang singkat
Sebentar saja, 
hanya sebentar aku bersama angin senja di Pulau Pelarian.

Dibawanya seseorang yang tak bisa kulupakan hingga aku kembali pulang dari Pulau Pelarian.
Sebentar... 
lalu kami tak saling berkabar lagi..

Lupakan,
Kembali pada jarak yang tak mungkin bisa kita akali dengan hanya sekedar rinduku saja.
Cerita di Pulau Pelarian itu biarlah hanya aku yang merasakan. 
Biarlah hanya aku yang memaknainya dalam sebuah kenangan yang tidak biasa. 
Biarlah aku yang mengembangkan cerita ini dalam anganku saja, asal aku bagaia, dan asalkan tidak berdampak apapun untukmu, 
angin senja…

Tanpa pamitan, kita tak lagi bisa bertemu. 
Tanpa melambaikan tangan, kita tak lagi bisa menyapa. 
Tangan kita tak lagi bisa berjabat sambil aku memandang tawa di wajahmu. 
Senja itu, aku hanyut padamu…

Namun lagi,
Aku menemui ketakutanku saat secara tiba-tiba dan singkat pula aku kembali bisa menyapamu. Seperti kau pernah menyapa raga yang lain dan meninggalkan sebagian hatimu disana, dan sepertinya tak akan bisa kau bawa pulang lagi. Aku takut. Aku tak ingin kau sama dengan angin malam yang sudah benar-benar berlalu. Harapanku pada suatu pagi nanti, aku tak lagi ingin mengumpamakanmu angin.

Aku jera,
Aku tak bisa melanjutkan ini..
Meski rasaku kian pasti, namun angin tetaplah angin,
Segala yang datang akan pergi,
Cepat atu lambat,
Jangan khawatir…
Angin tetaplah angin,
Akan selalu berhembus,
Akan selalu menyapa,
Hati jangan kau buat sakit,

Nikmatilah…
Aku hanya perlu memeluk raga yang mampu berjanji tidak akan menjadikan dirinya angin dalam keadaan apapun. 
Dan kamu angin senja Pulau Pelarian, ini untukmu…