Pemilihan dan
Kepuasan Penggunaan Media Komunikasi Bagi Mahasiswa yang Menjalani Hubungan
Jarak Jauh
(Long Distance Dating Relationship/ LDDR)
Hubungan jarak jauh atau Long Distance Dating Relationship (LDR) telah merubah kebiasaan
suatu pasangan dalam menjalani sebuah hubungan dan berkomunikasi dari yang
biasanya. LDR memicu pasangan mengalami beberapa hambatan dalam melakukan
proses komunikasi ditambah lagi dengan intensitas bertemu menjadi jarang, dan
kesulitan untuk memantau satu sama lain secara langsung.
Seperti yang diungkapkan oleh Guldner (1996) bahwa hubungan jarak jauh dapat
menjadi pedang bermata dua karena di satu sisi akan membuat pasangan merasa
stress dan di sisi lain dapat membuat pasangan merasa kesepian.
LDR biasanya
terjadi karena banyak faktor, diantaranya tuntutan pendidikan, pekerjaan, yang
mengharuskan salah seorang dari pasangan untuk menetap di wilayah yang berbeda
misalnya ke luar kota bahkan ke luar negeri. Beberapa
peneliti telah meneliti mengenai tantangan, dan perlunya menjaga hubungan jarak
jauh ( Merolla, 2010 & Stafford, 2005 dalam Dansie, 2012) menjelaskan bahwa
tantangan yang melekat dalam hubungan semacam ini meliputi terbatasnya
frekuesni tatap muka dengan pasangan dan lebih sedikit kesempatan untuk
memberikan dukungan fisik dan kasih sayang.
Kali ini kami akan berfokus membahas fenomena
LDR dikalangan mahasiswa dengan menggunakan tradisi sosiopsikologi yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan alasan setiap individu manusia
berperilaku yang seperti mereka perbuat, hal ini disebabkan karena banyak
didapati mahasiswa yang sedang menjalani hubungan jarak jauh karena
masing-masing individu harus menuntut ilmu di kota atau bahkan di negara yang
berbeda. Aylor (2003 dalam Dansie, 2012) menjelaskan bahwa
diperkirakan sebanyak sepertiga dari mahasiswa berkenalan dengan seseorang yang
jaraknya jauh. Sedangkan 75% dari mereka akhirnya menjalani hubungan pacaran
jarak jauh (Dellmann-Jenkins, Bernard-Paolucci, & Bergegas, 1994 dalam
Dansie, 2012). Tentunya
ini akan merubah kebiasaan berpacaran dan berkomunikasi dari yang dijalani
pasangan yang tidak menjalani LDR. Untuk menggantinya pasangan ini menggunakan
media perantara yang dapat menghubungkan komunikasi mereka.
Orang-orang yang berbeda dalam kondisi sosial
dan psikologis mereka, yang dapat mempengaruhi bagaimana dan mengapa mereka
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka (Katz, Blumler, &
Gurevitch, 1974 dalam jurnal Pornsakulvanich, 2005). Dari
masalah yang muncul karena adanya jarak fisik diantara pasangan, mereka mencoba
menyelesaikannya dengan penggunaan media yang dianggap dapat memuaskan
kebutuhan.
Teori Uses and
Gratification yang beberapa tahun terakhir digunakan dalam konteks new media
merupakan teori yang digunakan untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong
seorang individu dalam memilih dan menggunakan serta menganalisis kepuasan yang
diperoleh setelah menggunakan new media
tersebut. Kaye dan Johnson, dalam Basilisco dan Jin (2015) menjelaskan bahwa
Individu sebagai pengguna aktif dapat terlibat langsung dalam melaksanakan
komunikasi walaupun tidak secara langsung melainkan melalui media internet.
Dengan teknologi yang berubah lebih cepat LDR
terdapat kemajuan yang awalnya hanya dengan surat tulisan tangan dan panggilan
telepon sekarang komunikasi dapat dilakukan dengan internet yang telah menciptakan
hal baru yang dinamis di tengah komunikasi jarak jauh
seperti contohnya penggunaan Computer-Mediated Communication (CMC)
yang terhubung dengan internet. CMC telah datang untuk merujuk pada berbagai
teknologi yang memfasilitasi kedua komunikasi manusia dan berbagi interaktif
informasi melalui jaringan internet, termasuk e-mail, kelompok diskusi, newsgroup,
dan chatting (Barnes, 2003, dalam
Pornsakulvanich,
2005), sehingga media tersebut menjadi salah satu dukungan positif untuk
menjalin komunikasi dengan pasangan. Tetapi di sisi lain penggunaan email
ataupun media yang hanya menggunakan teks untuk berkomunikasi akan menunjukan
hubungan yang negatif dalam memenuhi kupuasan dalam berkomunikasi dengan
pasangan.hubungan jarak jauh
(Yin, 2009).
Sebagai situs jaringan sosial terbesar
dan paling terkenal di seluruh dunia, Facebook adalah sarana populer untuk
interaksi sosial online. Dalam hal kasus LDR, Facebook telah diakui sebagai
pedang bermata dua yang diberikan kenyamanan menjaga hubungan romantis
sekaligus memiliki kelemahan karena menciptakan kecemburuan dalam sebuah
hubungan (Fox, Warber, & Markstaller, 2013).
Pasangan LDR mempunyai kendala tidak
bisa berkomunikasi tatap muka secara langsung seperti pasangan yang berjarak
dekat. Pengungkapan diri sangat diperlukan untuk memberi keterbukaan pada
pasangan agar pasangan dapat saling percaya. Pengungkapan diri (self disclosure) tidak sama dengan
keintiman. Keintiman mencerminkan hubungan pribadi di kognitif, emosional,
psikologis, dan perilaku, tapi pengungkapan diri adalah salah satu sarana untuk
mencapai keintiman (Petronio, 2002, h.5). Komitmen dan kepercayaan merupakan
hal dasar yang harus dimiliki oleh pasangan hubungan romatis jarak jauh. Ketika
individu yang menjalani hubungan romantis jarak jauh menampilkan status
hubungan di Facebook, suatu kesempatan deklarasi agar mendapatkan rasa kepastian dan kontrol
hubungan jarak jauh mereka.
Facebook adalah platform multitasking
dengan banyak fitur yang nyaman untuk komunikasi. Pada halaman Home, pengguna
dapat memperbarui status dan menambahkan foto atau video. Pengguna dapat
memperbaui status tentang emosi dan pengalaman kehidupan yang sedang dialami.
Pengguna dapat melihat, komentar, seperti, atau berbagi semua update terbaru
dari teman-teman mereka, apakah itu status, foto, video, link, atau perubahan
pada profil. Ada juga fitur dimana pengguna dapat melakukan chatting dan message. Dengan demikian, ada berbagai cara meningkatkan self disclosure untuk pasangan jarak
jauh di Facebook, termasuk menampilkan status hubungan, posting foto yang
diambil dengan pasangan, dan posting status untuk menyampaikan emosi kepada
pasangan.
Dengan
lebih dari 800 juta pengguna aktif,
menurut situs web mereka, Facebook
dengan cepat menjadi sumber dominan komunikasi, seperti yang telah diungkapkan
dalam Kirk (2013). Akan tetapi perlahan situs ini ditinggalkan oleh penggunanya
karena respon yang didapatkan bersifat tidak langsung dan itu membuat beberapa
pengguna merasa tidak nyaman menggunakan mediaa sosial facebook sebagai sarana
berkomunikasi hubungan jarak jauh (Zhonk, 2014).
Oleh karena itu, kami
mengamati jenis sosial media baru yaitu Line. Sebagai sosial media yang lebih baru
dibandingkan Facebook, Line juga menghadirkan fitur yang lebih kekinian dan
merupakan fitur yang diunggulkan dari jenis produk sosial media ini yaitu
adanya fitur tatap muka (video call),
bicara langsung yang dapat dilakukan tanpa pulsa (free call) dapat dilakuakan dimanapun dan kapanpun, selama berada
dalam koneksi internet. Selain fitur-fitur yang sudah lebih dahulu dimiliki
oleh sosial media lainnya yaitu fitur personal
chatting dimana kita dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan lawan
bicara kita, group chat, time-line yaitu fitur yang hampir mirip
dengan yang dimiliki oleh Facebook yaitu kita dapat mem-posting status yang juga dapat digunakan sebagai tempat untuk self disclosure, mengunggah
video, foto, dan lain sebagainya. yang menjadi favorit pengguna
media ini yaitu terdapat sticker
untuk mengungkapkan atau menggambarkan perasaan sesorang, yang lebih menarik
lagi Line menghadirkan tokoh dan juga artis terkenal pada fitur sticker ini
yang dapat diunduh secara gratis. Jadi, secara garis besar aplikasi Line ini
mencakup dari semua fitur-fitur yang dimiliki sosial media yang lain seperti
Facebook, Skype dengan video call dan
personal chat seperti pada bbm namun Line ditambah dengan stiker yang menarik.
Penggunaan media
komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berbasis internet dapat membantu
sebuah pasangan untuk memenuhi kebutuhan sehingga dapat memberikan kepuasan
komunikasi dalam sehari-hari, karena penggunaan media tersebut dapat memberi
keleluasaan dalam berkomunikasi karena sifatnya yang lebih personal dan intens
hanya dengan pasangan, serta hemat biaya. Dengan semakin kayanya media
komunikasi yang dapat dilakukan dengan beberapa channel seperti e-mail, instan
messaging (line, whatsapp, bmm, dll), panggilan telepon, pesan singkat atau
SMS, video chat, dan social networking website dapat mempermudah komunikasi
pasangan LDR dan memberikan kepuasan hubungan, kepercayaan diantara pasangan,
memperkuat komitmen yang telah dibangun, dan menurunkan rasa cemburu
(Neustaedler & Greenberg, 2011)
Dari hasil penelitian
dijelaskan bahwa beberapa individu yang
mengalami LDR melaporkan kepuasan yang lebih tinggi dengan hubungan dan
komunikasi mereka daripada dengan pasangan yang jaraknya dekat semenjak adanya
sosial media yang menyedikan fitur yang lengkap (Kirk, 2013).
Dari beberapa referensi
yang digunakan dapat ditarik kesimpulan bahwa orang-orang
yang berbeda dalam kondisi sosial dan psikologis mereka, yang dapat
mempengaruhi bagaimana dan mengapa mereka menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhan. Setelah membandingkan antara facebook dengan Line dapat disimpulkan
bahwa dulu individu dalam berinteraksi melalui sosial media tidak cukup hanya
melalui pesan teks saja tetapi mereka juga memerlukan fitur yang dapat
menunjang komunikasi secara tatap muka. Individu masih membutuhkan sosial media
yang memberi fasilitas untuk dirinya melakukan self disclosure akan tetapi harus ditunjang dengan fasilitas yang
lebih privat dan tidak banyak orang yang mengetahui. Dengan fitur sosial media
yang lengkap mampu memunuhi kepuasan pelaku LDR dalam menjalin komunikasi
dengan pasangannya. Pengguna sosial media lebih menyukai sosial media dengan
fitur yang lengkap dan dapat digunakan secara gratis.
Daftar
Pustaka :
Fox, J., Werber, K. M., Makstaller D. C.
(2013). The Role of Facebook in Romantic
Relationship Development : An Exploration of Knapp’s Relational State Model.
Journal of Social and Personal Relationship, 30 (6), 771-794. Doi : 10.1177/0265407512468370.
Petronio, S. (2002). Boundaries of Privacy : Dialectics of
Disclosure. Albani : State University Of New York Press
Sahlstein, E. M. (2004). Relating at A Distance : Negotiating Being
Together and Being Apart in Long Distance Relationship. Journal of Social and
personal Relationship, 21 (5), 689-710.
Yin,
L. (2009). Communication Channels, Social
Support, and Satisfaction in Long Distance Romantic Relationship. (Thesis
Magister Komunikasi, Georgia State University, 2009)
Lingzi, Z. (2014). Facebook Disclosure Impact on Relational Satisfaction and Maintenance :
A Comparative Analysis Between Long Distance Romantic Relationship and
Gheographically Close Relationship. 18 (2), 43-49
Kirk, A. (2013). The Effect of Newer Communication Technologies on Relationship
Maintenance on Satisfaction in Long Distance Dating Relationship.
Pepperdine of Communication Research Issue 1, 1-6
Pew Research Center’s internet project survey,
August 7 - Sepetember 16, 2013. PEW RESEARCH CENTER.
Http://pewinternet.org/report/2014/couples-and-the-intenet.aspx
Neustaedler, C. Greenberg, S. (2011). Intimacy in Long Distance Relationship
Over Video Chat. Research Report Departmnet Computer Science.
Dansie, L. (2012). long-distance dating relationships among college students the benefits
and drawbacks of using technology. (A Thesis presented to the Faculty of
the Graduate School University of Missouri, 2012)