Hujan dan kenangan, selalu
menjadi romansa yang tak pernah menjemukan di musim rindu seperti ini, di bulan
Desember. Akan selalu ada paragraf yang tak sengaja hilang, lalu tiba-tiba
muncul di musim selanjutnya.
Kikira ini puncak gunung
Kukira ini air terjun
Segar membelaiku
Lupa, semalam kita bercumbu
Lelaki paruh baya nampak gundah
Di simpang jalannya mencari kata
Tuk merangkai sajak gembira
Rupanya ia sedang jatuh cinta
Lainnya,
Samar kulihat sepasang suami
istri yang tak harmonis. Anak gadisnya nampak gundah, berdiri sangat jauh dari
sepasang suami istri itu. Tak sengaja kulihat pria lain duduk dalam Ferrari,
seperti menunggu suami istri itu harmonis kembali.
Oh, aku salah. Si istri
menghampiri pria dalam Ferrari itu dan meningalkan suaminya di rumah dengan
anak gadis-nya yang masih gundah, dan masih berdiri di sudut yang sama.
Oh, aku salah. Si istri dan pria
dalam Ferrari membawa pergi anak gadis itu. Dalam Ferrari, mereka ber-tiga.
Sepi…
Sekilas yang kutangkap dari raut
suami
Menunggu anak gadisnya menyapa
Dalam rindu ia merana
Tua dan sendiri
Betapa kenistaan yang tak
seorangpun ingini
Pergi tanpa permisi
Menyisakan dusta, tak pantas
ditangisi
Desember ini,
Saksi bisu biduk yang resah
Mengangkut sisa-sisa keikhlasan
Sembari menenun benang suka cita
aku,
pria paruh baya,
suami istri dan anak gadisnya,
serta pria dalam Ferrari,
kita tak saling mengenal,
kita hanya dimensi yang terjebak
tak mampu mengingkari Desember
percikan cerita yang kadang
hambar
siapa sangka justru menarik bagi
lainnya
seperti aku,
yang hanya mampu melihat,
seperti bercermin,
namun pekat oleh noktah,
Desember