Kamis, 04 September 2014

angin behembus untuk malam

20 : 20
sama-sama kangen
(http://www.oji-punya.com/blog/211/arti-jam-kembar-terhadap-pasangan.html)
Tepat dua hari yang lalu angin berhembus. Membawa dua pesan pada malam. Pesan akan kerinduan. Satu lainnya berupa perminta maafan angin pada malam.

Seakan angin datang pada gerombolan bocah yang baru saja membeli benang untuk layang-layang nya. Angin bahkan tak menyadari harga atas kehadirannya.

Malam tetap dalam gelapnya. Senyum ringan karena angin telah berhembus. Atau tak berani teraenyum lebar, karena malam bahkan tak tahu kapan dan dimana angin kemudian akan memudar.

Antara malam dan angin. Antara aku dan kamu. Antara. Selalu ada jarak dalam antara. Selalu ada hal dalam antara. Antara, dinding. Antara...

Malam tak pernah benar-benar memiliki alasan yang tepat untuk selalu menanti angin. Dan aku yang tak pernah benar-benar memiliki alasan yanv tepat untuk merindukan kamu...

Aku berbicara pada angin sebagai malam. Lalu, apa aku akan baik-baik saja??? Tidak. Sebelum kamu menyadari untuk juga berbicara pada malam sebagai angin. Untuk berbicara padaku, sebagai kamu. Kamu...

Selasa, 02 September 2014

malam kepada angin

Untuk yang tak pernah kumulai dan akhiri...
Sebagai wanita, aku merasa pantas untuk menangis.
Sebagai wanita, aku pun merasa pantas diindahkan.
Dan sebagai lelaki, seharusnya kamu tegas, sayang...
Kamu memulai saat aku mencoba mengakhiri...
Kamu datang saat aku mencoba untuk pergi... dari kisah sebelum kamu.

Jelas senyummu menyapa namun seolah tak inginkan balasan.

Menerima, lalu melepaskan...
Bukan lagi hal baru bagiku.
Akupun mencoba menjelaskan padamu mengapa malam setia menunggu angin, sedang ia tau angin tetaplah angin.
Membawa segala galanya terbang.
Kemudian menjatuhkan segala galanya saat ia berpindah arah...
Sketch by: Pipit

Angin September

Hai, angin..
Hai, apa kabar September?
Apa kabar daftar belanja itu?
Apa kabar rencana berenang di hari sabtu?
Apa kabar Jogja di libur semester?
Apa kabar?
Apa kabar...

  Lama. Sekian kali malam mencoba menjamah, memeluk angin dalam riang. Namun malam hanyalah malam, dan angin akan selamanya angin. Ya, aku dan kamu. Aku malam, dan kamu angin. Pantai mempertemukan. Namun pantai hanyalah pantai, tak dapat pula memperasatukan.
   Lihatlah lihat...
   Bukankah seharusnya ini bulan yang menyenangkan untuk kita? Oh, atau hanya untukku??
   Hitungan jam beranjak pada hari, begitupun merambah pada hitungan minggu. Oh yaaaa, hanya hitungan minggu. Lalu apa yang ku khawatirkan? Bagaimana bisa malam menunggu angin berhari hari bahkan berminggu minggu? Sedangkan angin berjanji pada malam untuk tak pernah melewatkannya..
Lalu, bagaimana pantai menjelaskan pada ombak yang menanti kemesraan disela memudarnya bulan oleh matahari, antara malam dan angin...

Oh, bangunlah...
Singkat, ini hanyalah sebuah rindu..
Untukmu, angin...
Dariku, malam...